Senin, 02 April 2012

DIAM

dan semua itu seperti tersepuh
panas dan pias, terjatuh dan terkapar, lalu lirih ku berkata aku letih
bergerak maju seperti tak sanggup, tapi aku harus
lalu ku letakkan sedikit demi sedikit beban ini,
ternyata aku mampu, merintih mencoba untuk berdiri
kuletakkan tangan kanan di tanah,
ku meraba dada dan hati dengan tangan kiri untuk menarik dengan paksa beban ini,
ku meraih satu per satu, walau masih banyak yang tertinggal
ku mencoba untuk merangkak, ku lalui jalan yang sepi, lapang dan tak ada yang bisa ku pegang
aku sendiri disini, mencoba berdamai dengna hati
mencoba berkomunikasi, semoga mereka saling berteman dan nyambung saat bercengkrama
secara bersamaan angin berhembus kencang, disini hati dan logika meluapkan ke egoisan
dan kuputuskan untuk berhenti sejenak, menenangkan mereka agar tak semakin gaduh
suara mereka memekikkan telinga, saling berteriak,
hingga aku mengucap DIAM dengan suara lantang dan tegas, yang membuat mereka ketakutan hingga tak mengucapkan kata
ku terjatuh lagi, dan berlinanglah air mata ini, ku bersujud meminta ke ikhlasan dan memohon kebaikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar